Cella

di atas meja bar kau menari
bergantungan lincah pada tiang besi
kulitmu mulus
dalam bising musik
matamu tajam menembus mataku

kau tanggalkan kain di tubuhmu
tanpa sisa demi selembar uang
kau kalungkan kakimu di leherku
entah apa yang sedang menantiku

malam ini aku rasakan iblis
merasuki diriku membisikkan kata
“sentuh dirinya!
cium dirinya!
peluk dirinya!
bawa dia pulang!

cella
oh cella
usiamu baru menginjak sembilan belas
mawar liarku yang baru sembilan belas

jam tiga pagi dan kita sempoyongan
malam itu kau terlalu banyak minum
kau gandeng tanganku dengan buru-buru
melewati bapak satpam yang tersenyum

kau bilang kau baru saja ulang tahun
kau minta kado padaku dengan manja
angin malam dan sedikit hujan
di sudut matamu ada air mata

kuantar pulang kau ke rumahmu
memasuki gang sempit yang berliku
kutanya dengan siapa engkau tinggal
kau jawab “aku tinggal sendiri”

“dimana orang tuamu kini, cella?”
kau jawab “mereka ada di kampung”
sudah tiga tahun kau tak bertemu
karena menyabung nyawa di jakarta

sudah berapa banyak laki-laki
yang menjamahi tubuh indahmu, cella?
aku yang keberapa?
cella jawablah,
masih ada waktu sebelum subuh

—————-

2011, Karawaci

Kala Di Desa

malam terang bulan
di suatu pedalaman
tanpa kebisingan
tanpa pijar neon
aku suka saat hening kala tinggal di desa

malam terang bulan
di suatu pedalaman
ada kunang-kunang
yang terang sinarnya
aku suka saat hening kala tinggal di desa

——————-

2011, Karawaci